Materi Sejarah Tentang Masuknya Islam Di Indonesia Sesat?

By Ahmad Rian Fadillah - January 16, 2017

  


   Apa yang kita pahami, bahwa Islam adalah pendatang baru di Indonesia. Sejarah resmi kita menorehkan kisah masuknya Islam baru terjadi pada abad ke 13 (tepatnya tahun 1275 M), dengan Pasai sebagai kerajaan Islam pertama dan para pedagang India dan Gujarat sebagai penyebar Islam di nusantara. Jka melihat kronologis tahun masuknya Islam, maka ada pesan yang ingin disampaikan oleh penulis sejarah itu, bahwa Islam menjadi biang kerok runtuhnya kerajaan hindu dan budha, Majapahit dan Sriwijaya. Catatan sejarah ini masih menjadi kurikulum yang (dipaksa) diyakini oleh jutaan pelajar dan mahasiswa hingga para orang tua yang sempat mencicipi pelajaran sejarah versi ini.

  ,Faktanya, belakangan ini muncul bantahan-bantahan kritis yang didukung dengan data-data akurat yang menentangnya. Islam lebih dulu ada ketimbang kerajaan Hindu dan Budha. Islam diyakini sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke 7 alias 500 tahun sebelum tahun yang dicatat dalam sejarah tulisan era prareformasi. Dan penyampainya bukanlah dari India, melainkan langsung dari Arab. Dalam teori Makkah yang dikemukakan oleh Prof. Buya Hamka, bahwa ada bukti tulisan dalam berita Dinasti Tang, bahwa wirausahawn Arab sudah mendiami pantai barat Sumatera pada abad ke-7 masehi. Teori ini dikuatkan oleh sejarawan Pakistan, N.A. Baloch (dalam tulisannya, The Advent of Islam) bahwa para pelaut Arab sudah berniaga sambil menyebarkan ajaran Rasulullah SAW pada abad ke 1 Hijriah ( tahun 600-an masehi) di sepanjang pantai Indonesia dan Cina bagian Utara.

   Tulisan sejarawan barat, JC Van Leur ( Indonesian Trade and Society) dan Thomas W. Arnold (The Preaching of Islam), pun menuliskan bahwa mereka telah membaca sumber tertulis dari era Dinasti Tang, bahwa tahun 674 masehi telah bermukim para pedagang Arab di pantai barat Sumatera. Itu artinya, Islam bukan "tamu" yang datang belakangan kemudian ikut andil dalam meruntuhkan kejayaan kerajaan Budha dan Hindu. Islam di Indonesia sudah lebih dulu dari itu.

Lalu darimana asal sejarah "keliru" itu ditulis?

  Dialah, Snouck Hurgronje, seorang Belanda berdarah (lagi-lagi) yahudi. Dari manusia inilah konon kurikulum sejarah masuknya Islam ke Indonesia berasal. Jika saja tak ada biografi yang ditulis oleh Dr. Veld yang mengupas soal sepak terjang Snouck di Indonesia pada masa kolonial, maka bisa jadi kita hanya akan menganggap Snouck hanya keliru dalam memahami sejarah, atau mungkin saja memang seperti itulah data yang ia miliki ketika itu. Tapi biografi Snouck yang ditulis Dr. Veld justru menyingkap adanya konspirasi Belanda ketika itu untuk mengaburkan sejarah Islam di Indonesia.

Mengapa?


  Karena Islam ketika itu tak lagi sekedar gerakan akidah, namun Islam sudah bermetamorfosis menjadi gerakan politik menentang imperialisme yang dipratikkan oleh kompeni. Sejarawan menduga bahwa ada proyek de-islamisasi (melemahkan Islam) yang diemban oleh Snouck dengan menuliskan sejarah yang keliru tentang masuknya Islam ke Indonesia.

Motifnya?


  Menjauhkan rakyat Indonesia dari kebesaran Islam masa lalu. Dengan propaganda bahwa Islam adalah keyakinan baru di nusantara ketika itu, maka rakyat tidak akan percaya diri dengan kehebatan Islam. Bahkan diduga ada tujuan mendiskreditkan Islam sebagai agama yang meruntuhkan kejayaan  kerajaan Hindu dan Budha.

   Adanya aroma konspirasi pada torehan sejarah versi Snouck tak terlepas dari karakter muka dua sosok yahudi itu dalam pandangan Dr. Veld. Bayangkan, ternyata Snouck berpura-pura masuk Islam bahkan sempat menikahi 2 putri ulama, dengan tujuan spionase. Ia berbaur dengan masyarakat muslim Aceh selama 33 bulan. Hasilnya ia menelurkan buku berjudul "Aceh" yang berisi tulisan ilmiah mengenai karakter rakyat muslim di Aceh. Pada saat yang sama di tahun 1892, ia pun menuliskan laporan kepada pemerintah Belanda berjudul "Atjeh Verslag" yang isinya mencela dan mengumbar "kejahatan" rakyat Aceh sehingga perlu untuk diperangi. Dalam laporan itu, ia menyarankan strategi agar kotak kekuasaan di Aceh dipecah-pecah (devide et impera/politik pecah belah) antara ulama dengan uleebalang (bangsawan kerajaan).

   Kedustaan Snouck, yang fasih berbahasa Arab dan pernah menuntut ilmu di ke Makah ini, tercantum dalam suratnya kepada Theodor Noldekhe, di mana ia berterus terang bahwa masuknya ia ke Islam dan mengganti nama menjadi Abdul Ghaffar, hanyalah kedok untuk menipu orang Indonesia demi mendapatkan informasi dari masyarakat muslim Aceh yang ketika itu diistilahkannya fanatik pada agama dan tak pernah berhasil ditaklukan oleh pasukan Belanda. Tak aneh jika kemudian dr. Veld mencap Christiaan Snouck Hurgronje sebagai antek kepentingan penjajah (Belanda) dengan kedok penelitian ilmiah terhadap masyarakat msulim Aceh.

Jika anda memang peduli tentang sejarah pendidikan di Indonesia. Ayo kita tuntaskan ini. Sobat tidak mau kan bangsa kita hancur dan sejarahnya sendiri pun di hilangkan dan disesatkan oleh negara lain. 
JASMERAH (Jangan Sampai Melupakan Sejarah) REMEMBER!!

Terima Kasih sudah membaca semoga bermanfaat. Jika kamu ada pertanyaan bisa  comment dibawah dan Share Post ini karena siapa tau diluar sana masih ada yang belum mengetahuinya. Oke, Dari Saya Mohon Maaf Lahir dan Batin dan Sampai Jumpa. Bye :)

Baca Juga : 

Materi Seni Rupa
Tugas Adjective Clause
Rohis Bagi Pendiidikan Indonesia

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar